Author Archives: Grace Samboh
Participating “CODEX CODE” with Pitra
Codex Code is a book art exhibition curated by Wok The Rock and organized by Kedai Kebun Forum. For some people, writing a book usually is considered as special and exclusive work, so that it takes long time to work on,
Participating “CODEX CODE” with Pitra
Codex Code is a book art exhibition curated by Wok The Rock and organized by Kedai Kebun Forum. For some people, writing a book usually is considered as special and exclusive work, so that it takes long time to work on,
Jogja Biennale’s Restropective: 1988 – 2007
Life seems to be too big to just be a research object, and too great to not be celebrated. — Ignas Kleden, 1988 It’s out of doubt that Jogja Biennale (BJ) is the most consistent big and routine arts event
Jogja Biennale’s Restropective: 1988 – 2007
Life seems to be too big to just be a research object, and too great to not be celebrated. — Ignas Kleden, 1988 It’s out of doubt that Jogja Biennale (BJ) is the most consistent big and routine arts event
PIGTOGRAPHY: Bambang ‘Toko’ Witjaksono
Bambang ‘Toko’ Witjaksono’s solo visual debut will be open for public on September 19. Darwin Experimental Art Foundation Space, Darwin, Australia, will exhibit Bambang’s printmaking and paintings until October 4. The exhibition will present Bambang’s works during his two months
PIGTOGRAPHY: Bambang ‘Toko’ Witjaksono
Bambang ‘Toko’ Witjaksono’s solo visual debut will be open for public on September 19. Darwin Experimental Art Foundation Space, Darwin, Australia, will exhibit Bambang’s printmaking and paintings until October 4. The exhibition will present Bambang’s works during his two months
Kenapa saya tidak percaya agama #2
Salah satu dari beberapa alasan prinsipil saya untuk tidak percaya agama adalah karena komersialitas kemasannya. Sekarang memang era
Kenapa saya tidak percaya agama #2
Salah satu dari beberapa alasan prinsipil saya untuk tidak percaya agama adalah karena komersialitas kemasannya. Sekarang memang era
TARI PENDET DAN MALAYSIA: Media yang hiperbola atau masyarakat yang (salah) jemput-bola?
Mengaku mahasiswa beragama kok bisa-bisanya demonstrasi dengan ‘teriakan’ Go to hell!!!
TARI PENDET DAN MALAYSIA: Media yang hiperbola atau masyarakat yang (salah) jemput-bola?
Mengaku mahasiswa beragama kok bisa-bisanya demonstrasi dengan ‘teriakan’ Go to hell!!!
Between the banal, the wanton, and the rustic: Yogyakarta exoticism in Indonesian films
Is Yogyakarta comprised of merely Malioboro, Wijilan, Tugu, and villages with vast, green rice fields? Of course not. To find a range of street side food vendors, you can visit UGM Boulevard in the north. Beringhardjo market in Malioboro is
Between the banal, the wanton, and the rustic: Yogyakarta exoticism in Indonesian films
Is Yogyakarta comprised of merely Malioboro, Wijilan, Tugu, and villages with vast, green rice fields? Of course not. To find a range of street side food vendors, you can visit UGM Boulevard in the north. Beringhardjo market in Malioboro is
Satu-satunya festival video internasional di Indonesia kini mengajak publik bercanda!
OK Video akan kembali dihelat akhir Juli ini! Satu-satunya festival video internasional di Indonesia ini berkembang dengan sangat signifikan setiap tahunnya. Perhelatan terakhirnya, OK Video Militia, memamerkan 119 karya video dari 27 negara di 20 lokasi, mulai dari ruang publik
Satu-satunya festival video internasional di Indonesia kini mengajak publik bercanda!
OK Video akan kembali dihelat akhir Juli ini! Satu-satunya festival video internasional di Indonesia ini berkembang dengan sangat signifikan setiap tahunnya. Perhelatan terakhirnya, OK Video Militia, memamerkan 119 karya video dari 27 negara di 20 lokasi, mulai dari ruang publik
Stop plagiarisme dengan budaya malu
Menanggapi Tatum Syarifah Adiningrum dalam Kompas, Sabtu, 13 Juni 2009 lalu, saya setuju kita harus malu akan kenyataan kurangnya peran institusi pendidikan dalam isu plagiarisme. Saya bahkan pernah menemukan seorang teman sekelas saya, yang notabene pascasarjana, menjiplak tulisan dari blog
Stop plagiarisme dengan budaya malu
Menanggapi Tatum Syarifah Adiningrum dalam Kompas, Sabtu, 13 Juni 2009 lalu, saya setuju kita harus malu akan kenyataan kurangnya peran institusi pendidikan dalam isu plagiarisme. Saya bahkan pernah menemukan seorang teman sekelas saya, yang notabene pascasarjana, menjiplak tulisan dari blog
Wajah media (massa) kita belakangan ini: Antara melodrama dan hiperbola
Media (massa) dan liputan-liputan hiperbolanya itu memang dahsyat. Coba lihat perkara monolog Butet Kertaredjasa dalam acara Deklarasi Damai yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum di Jakarta, Rabu, 10 Juni, kemarin. Kompas.com dan entah berapa banyak media lainnya setidaknya punya satu berita
Wajah media (massa) kita belakangan ini: Antara melodrama dan hiperbola
Media (massa) dan liputan-liputan hiperbolanya itu memang dahsyat. Coba lihat perkara monolog Butet Kertaredjasa dalam acara Deklarasi Damai yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum di Jakarta, Rabu, 10 Juni, kemarin. Kompas.com dan entah berapa banyak media lainnya setidaknya punya satu berita
Sst, kamu penipu, bukan?
Penipuan demi penipuan saya temukan dalam kehidupan saya beberapa waktu terakhir. Mungkin bahwa penipuan demi penipuan ini sebenarnya sudah terjadi dari dulu dan saya hanya baru disadarkan situasi. Kasus penipuan yang paling umum, katakanlah, perselingkuhan (baik dalam bentuk hubungan percintaan
Sst, kamu penipu, bukan?
Penipuan demi penipuan saya temukan dalam kehidupan saya beberapa waktu terakhir. Mungkin bahwa penipuan demi penipuan ini sebenarnya sudah terjadi dari dulu dan saya hanya baru disadarkan situasi. Kasus penipuan yang paling umum, katakanlah, perselingkuhan (baik dalam bentuk hubungan percintaan